Blogger Arema
Sunday, April 10, 2011
Wednesday, April 6, 2011
Belajar Bahasa Inggris Secara Mandiri
Mungkin diantara anda sekalian akan bertanya, Apa bisa belajar bahasa inggris secara mandiri (otodidak, tanpa mengkuti kursus bahasa secara khusus dan belajar dalam suatu institusi)?
Jawabnya adalah bisa!
Saya bisa mengatakan demikian karena saya secara pribadi telah membuktikannya dan juga saya menyaksikan sendiri beberapa orang di sekitar sayapun berhasil melakukan hal yang serupa. Bahkan saya mendapatkan tambahan bukti yang meyakinkan ketika saya tinggal di Jogja sekitar 3 tahun saat sebelum krisis moneter tahun 1997 ketika kunjungan wisatawan dari mancangara (yang berbahasa inggris) sangat banyak. Saya menyaksikan bahwa ternyata di sekitar Malioboro Jogjakarta banyak sekali anak-anak muda yang berjualan souvenir dan jadi “guide illegal” (karena tidak memiliki semacam lisensi / SIM dari dinas pariwisata) yang bisa berkomunikasi dengan bahasa inggris dengan para wisatawan manca MESKIPUN mereka bulan sarjana jurusan bahasa inggris atau kursus bahasa inggris!
Baiklah saya tidak akan bertele-tele. Langsung saja saya memulai tips belajar bahasa inggris secara mandiri. Inilah beberapa kiatnya:
1. AMBaK (Apa Manfaatnya Bagi Ku?) : dalam bahasa yang lebih keren adalah – anda harus mempunyai visi yang jelas ketika hendak mempelajari bahasa inggris.
Wah apa pula visi itu?
Begini, untuk belajar apapun, anda HARUS MEMPUNYAI SUATU DORONGAN YANG KUAT. Artinya: UNTUK APA ANDA MEMPELAJARI HAL (BAHASA) ITU? Dari contoh yang saya kemukakan di atasa tentang pemuda jogja yang tinggal di daerah wisata, seperti malioboro. Mereka mempunyai dorongan yang sangat besar untuk belajar bahasa inggris. Dorongan tersebut berupa keinginan MENDAPATKAN UANG dengan menguasai bahasa inggris. Artinya jika mereka tidak bisa berbahasa inggris mereka tidak bisa menjual souvenir dan menjadi guide bagi turis.
Tidak harus uang hal bisa memotivasi anda.. banyak hal.. yang apa penting apa saja yang membuat anda termotivasi. Adik saya belajar bahasa inggris dengan motivasi agar dia bisa mendapatkan foto-foto dari pemain sepak bola eropa yang di belakangnya ada tanda tangan asli dari sang idola. Di rumah saya ada foto kiper timnas italia beberapa tahun lalu yaitu, Buffon – ada lagi Gianluca Pagliuca, dan sebagainya, semuanya asli dan ditandatangi. Adik saya mendapatkan itu semua dengan mengirim surat ke mereka dan tentu saja dengan berbahasa inggris. Nah itu contoh dari AMBaK dalam belajar bahasa inggris.
Sekarang apa AMBaK anda dalam belajar berbahsa Inggris?
2. Cari Hal yang menyenangkan!: Tidak ada satu metode yang pas dalam belajar bahasa inggris untuk semua orang. Orang boleh mengatakan metode A, B, C atau Z yang paling bagus, tetapi saya yakin dan banyak bukti bahwa banyak orang yang belajar dengan metode-metode tersebut merasa tidak berhasil. Artinya pendekatan belajar tiap orang TIDAK SAMA. Kalau anda memahami teori multiple Intelligence (MI) dan dasar-dasar quantum learning (QL) atau Neuro Lingustic Programming (NLP), anda pasti tahu hal itu. Bagi yang belum tahu saya akan ingin menjelaskan sedikit saja, untuk lebih jelasnya anda bisa cari di mbah Gugel, dengan kata kunci MI, QL atau NLP dengan modalitas (kecenderungan) belajar.
Singkatnya begini, menurut teori MI, semua orang cerdas. Ada cerdas musikal, bahasa (lingusitic), seni, fisikal dan seterusnya. Setiap orang yang mempunyai kecerdasan tertentu mempunyai kecenderungan belajar berebeda. Misalnya: orang yang mempunyai kecerdasan musikal, akan mudah sekali jika belajar menggunakan musik atau bahkan pelajaran itu dimasukkan dalam musik/nyanyian, contohnya anak-anak TK diajari sesuatu dengan cara bernyanyi.
Saya ingat ketika masih SMA dulu, saya dan dua orang temen saya suka berlomba-lomba mendengarkan Rick Dees Bulletin top 40 – tangga lagu mingguan lagu-lagu manca negara yang dipancarkan sebuah radio FM ternama di kota Surabaya dan Malang. Setiap sabtu sore atau minggu malam saya selalu “stay tune” di depan radio dan mendengarkan dan berburu lagu terbaru dan berusaha merekamnya di kaset yang sudah kami siapkan. Begitu dapat sebuah entri lagu baru yang asyik di dengar, maka saya selalu berusaha menuliskan liriknya – tentu untuk menuliskan lirik lagu berbahasa inggris saya harus memutar lagu itu berkali-kali. Selain itu saya harus mengecek lagi apakah arti dari setiap kata yang saya tulis, selanjutnya saya cek apakah kata-kata tersebut memang “masuk akal” secara susunan dan artinya. Hari Senin-nya saya dan temen saya mencoba untuk membandingkan hasil yang kami peroleh… puas rasanya bisa membuat transkrip lagu baru yang temen-temen lain belum tahu… untuk mencocokkannya kami biasanya menunggu dari temen yang beli kaset atau dari majalah-majalah remaja yang memuat lirik lagu teresbut. (jaman segitu belum ada internet lho.. di Malang jadinya ya harus bersabar lama untuk membuat crosscheck hasil transkrip lirik yang kami buat – kalau sekarang saya kira lebih mudah dengan adanya internet).
Selain membuat transkrip lagu, kami biasanya membuat parodi dari sebuah lagu yang terkenal. Biasanya sih untuk meledek teman tertentu kami membuat sebuah lagu tetep dengan syair bahasa inggris dengan nada yang sama Cuma isi syairnya saja yang berbeda- kami sesuaikan dengan keinginan kami (walau untuk urusan ledek-meledek ini saya sangat tidak menyarankan karena bisa membuat orang marah – he..he… tapi kalau untuk parodinya bolehlah)
Ketika kuliah, saya sudah tidak begitu suka mendengarkan dan berburu lagu-lagu terbaru, selain karena fasilitas tidak mendukung, radio lokal tidak ada yang menyiarkan acara yang sering saya dengarkan ketika SMA dulu. Yang jelas saya menemukan teman yang suka membuat parodi lagu-lagu. Tidak saja lagu bahasa inggris yang diubah liriknya tetapi lagu-lagu bahasa indonesiapun kami ubah liriknya ke dalam bahasa inggris meskipun artinya tidak sama persis dengan lagu aslinya.
Tidak hanya memparodikan lagu, saya juga memparodikan naskah-naskah drama pendek atau potongan dialog-dialog yang kami anggap menarik yang kami dapat di mata kuliah drama atau mata kuliah lainnya.
Selain membuat parodi, karena saya juga sangat suka menulis, maka saya membuat tulisan berupa puisi dan catatan harian dengan bahasa inggris dengan menggunakan kosa kata (frasa) terbaru yang kami dapat dari lagu atau di saat kuliah.
Dari kegiatan itu saya merasakan bahwa kemampuan berbahasa saya meningkat dan saya tidak perlu menghafalkan kosa kata secara khusus.
Sunday, October 3, 2010
ORDIK
20:11 WIB
Sunday, September 26th ‘10th
Hari Pertama
Masih belum menemukan arti kesenangan dari OrDik. Karena dari dulu hal-hal seperti OrDik inilah yang paling tidak kusukai setiap naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Aku tidak tau jelas apa alasannya. Mungkin karena para senior pasti akan berlagak sok jadi penguasa disana. Dan itu benar! Mereka benar-benar pengatur yang menyebalkan! Namun tak akan ada yang berani melanggar aturan mereka. Ya, semua orang benci hukuman. Terutama hukuman dari orang-orang seperti mereka.
Selain itu, aku juga bukan tipe orang yang bisa cepat mendapatkan teman baru. Mungkin alasan itulah yang membuatku jadi terlalu berat jika kehilangan seorang teman. Sudah kubilang kan, aku ini tipe orang yang sangat sulit berkata “Hai!” pada orang asing. Jadi, ya, seperti itulah…
Hari Kedua
Mulai sedikit mendapatkannya. Kesenangan yang aku maksud. Mungkin masih minim, tapi sudah bisa kucium aromanya. Aku bergabung di kelompok C-2. Tapi, keadaan jadi lebih menegangkan dari hari pertama. Alasannya karena hari ini ada yang berulang tahun. Jadi, semua senior memasang acting yang tak kesampaian di layar lebar. Mencoba menyamar menjadi sosok emosional, temperamental, dan norak menurutku tanpa alasan yang jelas. Bagus benar topeng yang mereka pakai di wajah mereka. Benar-benar seperti iblis yang baru keluar dari neraka. Kelihatannya mereka merasa menang ketika berhasil membuat seorang calon mahasisiwi menangis. Aneh memang! Tapi, aku tak bisa ganggu kesenangan mereka. Ada juga kakak senior yang sempat membuat aku merinding dengan kata-katanya. Sejak dia berkata bahwa kami bukan sampah dan kami adalah emas, aku mulai mengaguminya. Namanya Kelis. Entah apa agamanya, yang kutau hanya bahwa dia mahasiswa Fakultas Ekonomi. Gaya bicaranya juga berwibawa, makanya aku kagum padanya.
Hari Ketiga
Ini baru namanya menyenangkan. Tidak kusangka aku jadi menyukai yang namanya OrDik. Sungguh tak menyangka! Hari ini seluruh grup C memasuki session Outbond. Jika dua hari sebelumnya kami terus menghabiskan waktu di dalam ruangan, hari ini kami keluar ke lapangan. Aku masuk dalam kelompok besar bernama Hukum. Lalu kami dibagi menjadi 5 kelompok kecil dan disuruh menentukan sendiri nama kelompok kami, serta menciptakan yel-yel kami sendiri. Nama kelompok yang kumasuki adalah Internet. Kelompoknya sedikit berantakan kupikir. Ketuanya juga lucu sekali. Rada-rada tulalit gimana gitu. Untung saja wajahnya lumayan, jadi seburuk apa pun dia, tetap saja masih punya kelebihan yang bisa dibanggakan. Hush! Jangan suka nyeritain orang! Aku sendiri masih terlalu kaku untuk ambil bagian dalam kegiatan kelompok. Tapi sungguh! Yang paling menyenangkan adalah games-nya. OrDik kali ini benar-benar fullgames. Mulai dari permainan bernama Keong Racun sampai Blind Ball. Ah, pokoknya walaupun lelah dan suara nyaris hilang gara-gara berteriak-teriak ketika permainan Blind Ball, aku sungguh puas dengan kesenangan yang kudapat. (mudah sekali kau dipuaskan).
Hari Keempat,
Puncak kesenangan ada disini. Karena aku sudah mulai mencuri perhatian teman-teman sekelompokku. Tau apa artinya? Aku mulai sedikit terkenal. Tujuan utamaku jika aku menemukan habitat baru adalah ketenaran dan kepopuleran. Aku ingin dikenal oleh semua orang. Aku ingin mereka menyapaku ketika kami berpapasan. Terlalu narcis memang, tapi aku suka. Awalnya karena hukuman dari senior. Disuruh menyanyikan lagu Keong Racun dengan gaya centil. Dasar kakak yang aneh! Tapi, mereka bertiga adalah kakak-kakak paling menyenangkan yang pernah menjadi pembimbingku di OrDik. Bukan sok kejam seperti yang lainnya. Hari ini aku juga mulai mendapatkan banyak teman baru. Makanya aku senang sekali. Hahaha… seperti biasa. Lebih akrab dengan perempuan.
Arema : Nggak_selamanya_yang_bakal_terjadi_itu_seburuk_yang_kita_bayangkan!
Satu Lagi yang Pergi
20:20 WIB
Sunday, September 19th ‘10th
Minal Aidzin Walfa Idzin, mohon maaf lahir dan batin. Memang kata itulah yang seharusnya kuucapkan sebelum memulai pembicaraan kita hari ini. Maaf kalau terlambat 9 hari mengucapkannya. Karena sejak hari pertama Idul Fitri sampai kemarin aku selalu penuh agenda. Hehehe, bukan sok sibuk lho…
Sejak saat itu sampai sekarang banyak sekali hal-hal menyenangkan yang aku alami. Tapi ada juga hal menyebalkan yang entah kenapa tak bisa tinggal diam melihat kesenanganku. Seperti kemarin aku sempat bermasalah dengan orangtua, sampai-sampai berhenti komunikasi selama dua hari. Berat juga sih, tapi syukur semuanya telah berakhir.
Tapi, bukan semua hal di atas yang akan menjadi pokok bahasan kita kali ini. (Apa? Itu hanya kata pembuka?). Hari ini, dewa perpisahan kembali menuliskan takdir yang paling tidak kusukai sejak pertama kali aku mengenal arti ikatan. Satu lagi temanku pergi. Memang sih, dia masih berada di kota ini, tapi kami tidak akan bertemu selama 6 bulan terakhir. Bahkan komunikasi pun harus terputus karena benda elektronik bernama handphone adalah larangan besar baginya dalam 6 bulan ini. Namanya Putra. Entahlah! Aku tidak ingat. Tapi sepertinya aku memang belum pernah menceritakannya. Rumahnya hanya beberapa langkah jika lewat belakang rumahku. Aku memang belum begitu lama akrab dengannya, walaupun sudah cukup lama aku berteman dengannya (sejak Perisai dibuka). Mulai akrab dengannya? Mungkin sejak aku bermasalah dengan Bang Lam dan Bang Shu. Sejak saat itu kami selalu kumpul bersama. Entah itu sekedar ngobrol sambil bercanda, jalan-jalan, makan di warung, atau hal-hal lain yang belum terucapkan. Benar! Pengertian kumpul bersama berarti bukan cuma kami berdua. Banyak juga teman yang lain, sekitar 4 lagi yang sering bergabung dengan kami. Tapi mereka masih lebih muda dari kami, masih duduk di bangku SMP. Bisa dibilang, kami berdualah yang paling tua. Aku bahagia sekali berteman dengan mereka. Bahkan sama bahagianya dengan ketika aku berteman dengan penghuni XII IPA 1 di MAN Kisaran. Walaupun kedua kelompok itu benar-benar bertolak belakang sih. Jika XII IPA 1 adalah kelompok religius, mereka malah sebaliknya yang bisa dibilang kelompok berandal. Tapi tetap saja aku menganggap mereka The Best.
Oh, iya. Aku belum memberitaumu apa sebenarnya penyebab Putra pergi kan? Putra kuliah di Akper Yagma Kisaran. Dan selama enam bulan ini dia harus tetap berada di asrama sebagai calon mahasiswa Yagma. Selama masa pelatihan itu berarti komunikasi kepada siapapun selain yang ada di Yagma itu sendiri harus terputus. “Dilarang membawa Handphone” itu tandanya. Aku juga khawatir. Bukan karena dia anak IPS yang memilih jalur yang berbeda dengan menjadi perawat, tapi apa mungkin dia bisa bertahan selama enam bulan tanpa handphone? Aku kenal pria penggila SMS itu. Bahkan sewaktu di mesjid pun tangannya sempat mengetik tombol-tombol angka dan huruf di handphonenya. Fufufu… Semoga tahan di sana ya, Put…
Tau yang membuatku terkesima? Tadi pagi sebelum berangkat, Putra datanag ke rumahku. Ya, dia berpamitan padaku. Setelah mengucapkan “assalamu’alaikum” dan bilang “aku pigi ya bro”, dia langsung merangkulku yang saat itu sedang terduduk memangku adikku. Aku terkejut walaupun hanya sejenak. Aku lihat matanya berbinar. Aku tau dia sedang dalam keadaan yang tak pernah kubayangkan. Aku yakin dia menangis. Dengan hidung merah seperti badut tanpa kostum dia keluar dan menaiki sepeda motornya entah kemana. Sepertinya akan berpamitan dengan yang lain. Aku tak pernah menyangka pria seperti dia memaknai sebuah ikatan hampir sama seperti aku memaknainya. Aku tak mengira ternyata cerita bahwa dia menangis di dalam bus sewaktu mengikuti seleksi masuk TNI itu bisa kupercaya sekarang. Aku kira hanya aku yang memaknai persahabatan sampai seperti itu. Sekarang, aku jadi bertambah sedih berpisah dengannya. 6 bulan tanpa guyonnya? 6 bulan tanpa leluconnya? Dan 6 bulan tanpa berkumpul bersamanya? Apa aku sanggup? Belum lagi saat menyaksikan kesedihan adiknya yang jadi kehilangan teman sekamar. Hebat keakraban abang beradik ini, kupikir. Rasanya takdir terlalu kejam memisahkan mereka.
Ya, inilah perpisahan. Monster paling dibenci oleh hampir semua orang, tapi tak pernah malu untuk muncul berkali-kali. Perpisahan memang kejam, sakit, dan mengharukan, tapi tetap saja tidak akan ada kehidupan tanpa perpisahan. Sekarang benar-benar kusadari bahwa setiap hal menyenangkan dalam hidupku tidak pernah berlangsung lama. Ya, baru ramadhan kemarin kurasakan indahnya bergaul dengan mereka, kami malah terpisah di bulan syawal. Ah, sudahlah! Kita hanya bisa pasrah pada nasib.
Hah? Pesan untuk Putra? Apa ya? Mungkin…
“Put, hati-hati disana ya! Jangan terlalu sering bercanda disana. Ini mungkin akan sulit karena kau anak IPS yang asing dengan Biologi atau Kimia. Tapi kau tak boleh menyerah! Selalu ada jalan untuk orang yang mau berusaha. Soal yang disini, jangan terlalu dipikirkan. Kau hanya perlu mengingat kami, tidak lebih! Karena aku akan berusaha menggantikanmu. Walau aku tak sehebat kau, tapi aku akan tetap jadi teman adikmu, Edi, Nuri, Rudi, dan semua temanmu yang kukenal. Mungkin aku akan kesusahan menghadapi kepolosan, kenakalan, keanehan, dan kelucuan mereka. Aku akan mengawasi perkembangan anak-anak itu dalam enam bulan terakhir. Mengawasi kenakalan Nuri yang masih terlalu polos, mengamati perkembangan tubuh Edi yang semakin lama semakin melebar, memedomani Rudi yang baru saja dapat pacar, dan menemani Bagus-adikmu yang kesepian. Kalau kukatakan, aku benar-benar sedih berpisah denganmu yang begitu aneh dan lucu. Mungkin lebih sedih dari Disty yang sekarang menjadi pacar berhargamu. Karena sejak kau berpamitan denganku sampai sekarang, aku selalu memikirkanmu sebagai seorang sahabat yang merindukan sahabatnya yang jauh. Jangan menangis terlalu dramatis! Karena aku akan meneteskan airmata karena tertawa begitu heran membayangkanmu yang begitu gila. Dan satu hal terpenting, jangan berubah saat kau kembali! Segera temui semua temanmu disini ketika kau sudah menapakkan kakimu di Binjai Manis.”
By : Teman yang menganggapmu sebagai sahabat yang istimewa, Arief…
Mungkin itu saja. Terlalu panjang ya? Aku cuma mau balas dendam karena sudah lama tidak menuliskan kisahku. Hahaha…
Arema : Semoga_gak_ada_lagi_yang_pergi_setelah_ini…
Subscribe to:
Posts (Atom)