Sunday, October 3, 2010

ORDIK


20:11 WIB
Sunday, September 26th ‘10th


Hari Pertama
Masih belum menemukan arti kesenangan dari OrDik. Karena dari dulu hal-hal seperti OrDik inilah yang paling tidak kusukai setiap naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Aku tidak tau jelas apa alasannya. Mungkin karena para senior pasti akan berlagak sok jadi penguasa disana. Dan itu benar! Mereka benar-benar pengatur yang menyebalkan! Namun tak akan ada yang berani melanggar aturan mereka. Ya, semua orang benci hukuman. Terutama hukuman dari orang-orang seperti mereka.
Selain itu, aku juga bukan tipe orang yang bisa cepat mendapatkan teman baru. Mungkin alasan itulah yang membuatku jadi terlalu berat jika kehilangan seorang teman. Sudah kubilang kan, aku ini tipe orang yang sangat sulit berkata “Hai!” pada orang asing. Jadi, ya, seperti itulah…

Hari Kedua
Mulai sedikit mendapatkannya. Kesenangan yang aku maksud. Mungkin masih minim, tapi sudah bisa kucium aromanya. Aku bergabung di kelompok C-2. Tapi, keadaan jadi lebih menegangkan dari hari pertama. Alasannya karena hari ini ada yang berulang tahun. Jadi, semua senior memasang acting yang tak kesampaian di layar lebar. Mencoba menyamar menjadi sosok emosional, temperamental, dan norak menurutku tanpa alasan yang jelas. Bagus benar topeng yang mereka pakai di wajah mereka. Benar-benar seperti iblis yang baru keluar dari neraka. Kelihatannya mereka merasa menang ketika berhasil membuat seorang calon mahasisiwi menangis. Aneh memang! Tapi, aku tak bisa ganggu kesenangan mereka. Ada juga kakak senior yang sempat membuat aku merinding dengan kata-katanya. Sejak dia berkata bahwa kami bukan sampah dan kami adalah emas, aku mulai mengaguminya. Namanya Kelis. Entah apa agamanya, yang kutau hanya bahwa dia mahasiswa Fakultas Ekonomi. Gaya bicaranya juga berwibawa, makanya aku kagum padanya.

Hari Ketiga
Ini baru namanya menyenangkan. Tidak kusangka aku jadi menyukai yang namanya OrDik. Sungguh tak menyangka! Hari ini seluruh grup C memasuki session Outbond. Jika dua hari sebelumnya kami terus menghabiskan waktu di dalam ruangan, hari ini kami keluar ke lapangan. Aku masuk dalam kelompok besar bernama Hukum. Lalu kami dibagi menjadi 5 kelompok kecil dan disuruh menentukan sendiri nama kelompok kami, serta menciptakan yel-yel kami sendiri. Nama kelompok yang kumasuki adalah Internet. Kelompoknya sedikit berantakan kupikir. Ketuanya juga lucu sekali. Rada-rada tulalit gimana gitu. Untung saja wajahnya lumayan, jadi seburuk apa pun dia, tetap saja masih punya kelebihan yang bisa dibanggakan. Hush! Jangan suka nyeritain orang! Aku sendiri masih terlalu kaku untuk ambil bagian dalam kegiatan kelompok. Tapi sungguh! Yang paling menyenangkan adalah games-nya. OrDik kali ini benar-benar fullgames. Mulai dari permainan bernama Keong Racun sampai Blind Ball. Ah, pokoknya walaupun lelah dan suara nyaris hilang gara-gara berteriak-teriak ketika permainan Blind Ball, aku sungguh puas dengan kesenangan yang kudapat. (mudah sekali kau dipuaskan).

Hari Keempat,
Puncak kesenangan ada disini. Karena aku sudah mulai mencuri perhatian teman-teman sekelompokku. Tau apa artinya? Aku mulai sedikit terkenal. Tujuan utamaku jika aku menemukan habitat baru adalah ketenaran dan kepopuleran. Aku ingin dikenal oleh semua orang. Aku ingin mereka menyapaku ketika kami berpapasan. Terlalu narcis memang, tapi aku suka. Awalnya karena hukuman dari senior. Disuruh menyanyikan lagu Keong Racun dengan gaya centil. Dasar kakak yang aneh! Tapi, mereka bertiga adalah kakak-kakak paling menyenangkan yang pernah menjadi pembimbingku di OrDik. Bukan sok kejam seperti yang lainnya. Hari ini aku juga mulai mendapatkan banyak teman baru. Makanya aku senang sekali. Hahaha… seperti biasa. Lebih akrab dengan perempuan.

Arema : Nggak_selamanya_yang_bakal_terjadi_itu_seburuk_yang_kita_bayangkan!

Satu Lagi yang Pergi


20:20 WIB
Sunday, September 19th ‘10th


Minal Aidzin Walfa Idzin, mohon maaf lahir dan batin. Memang kata itulah yang seharusnya kuucapkan sebelum memulai pembicaraan kita hari ini. Maaf kalau terlambat 9 hari mengucapkannya. Karena sejak hari pertama Idul Fitri sampai kemarin aku selalu penuh agenda. Hehehe, bukan sok sibuk lho…
Sejak saat itu sampai sekarang banyak sekali hal-hal menyenangkan yang aku alami. Tapi ada juga hal menyebalkan yang entah kenapa tak bisa tinggal diam melihat kesenanganku. Seperti kemarin aku sempat bermasalah dengan orangtua, sampai-sampai berhenti komunikasi selama dua hari. Berat juga sih, tapi syukur semuanya telah berakhir.
Tapi, bukan semua hal di atas yang akan menjadi pokok bahasan kita kali ini. (Apa? Itu hanya kata pembuka?). Hari ini, dewa perpisahan kembali menuliskan takdir yang paling tidak kusukai sejak pertama kali aku mengenal arti ikatan. Satu lagi temanku pergi. Memang sih, dia masih berada di kota ini, tapi kami tidak akan bertemu selama 6 bulan terakhir. Bahkan komunikasi pun harus terputus karena benda elektronik bernama handphone adalah larangan besar baginya dalam 6 bulan ini. Namanya Putra. Entahlah! Aku tidak ingat. Tapi sepertinya aku memang belum pernah menceritakannya. Rumahnya hanya beberapa langkah jika lewat belakang rumahku. Aku memang belum begitu lama akrab dengannya, walaupun sudah cukup lama aku berteman dengannya (sejak Perisai dibuka). Mulai akrab dengannya? Mungkin sejak aku bermasalah dengan Bang Lam dan Bang Shu. Sejak saat itu kami selalu kumpul bersama. Entah itu sekedar ngobrol sambil bercanda, jalan-jalan, makan di warung, atau hal-hal lain yang belum terucapkan. Benar! Pengertian kumpul bersama berarti bukan cuma kami berdua. Banyak juga teman yang lain, sekitar 4 lagi yang sering bergabung dengan kami. Tapi mereka masih lebih muda dari kami, masih duduk di bangku SMP. Bisa dibilang, kami berdualah yang paling tua. Aku bahagia sekali berteman dengan mereka. Bahkan sama bahagianya dengan ketika aku berteman dengan penghuni XII IPA 1 di MAN Kisaran. Walaupun kedua kelompok itu benar-benar bertolak belakang sih. Jika XII IPA 1 adalah kelompok religius, mereka malah sebaliknya yang bisa dibilang kelompok berandal. Tapi tetap saja aku menganggap mereka The Best.
Oh, iya. Aku belum memberitaumu apa sebenarnya penyebab Putra pergi kan? Putra kuliah di Akper Yagma Kisaran. Dan selama enam bulan ini dia harus tetap berada di asrama sebagai calon mahasiswa Yagma. Selama masa pelatihan itu berarti komunikasi kepada siapapun selain yang ada di Yagma itu sendiri harus terputus. “Dilarang membawa Handphone” itu tandanya. Aku juga khawatir. Bukan karena dia anak IPS yang memilih jalur yang berbeda dengan menjadi perawat, tapi apa mungkin dia bisa bertahan selama enam bulan tanpa handphone? Aku kenal pria penggila SMS itu. Bahkan sewaktu di mesjid pun tangannya sempat mengetik tombol-tombol angka dan huruf di handphonenya. Fufufu… Semoga tahan di sana ya, Put…
Tau yang membuatku terkesima? Tadi pagi sebelum berangkat, Putra datanag ke rumahku. Ya, dia berpamitan padaku. Setelah mengucapkan “assalamu’alaikum” dan bilang “aku pigi ya bro”, dia langsung merangkulku yang saat itu sedang terduduk memangku adikku. Aku terkejut walaupun hanya sejenak. Aku lihat matanya berbinar. Aku tau dia sedang dalam keadaan yang tak pernah kubayangkan. Aku yakin dia menangis. Dengan hidung merah seperti badut tanpa kostum dia keluar dan menaiki sepeda motornya entah kemana. Sepertinya akan berpamitan dengan yang lain. Aku tak pernah menyangka pria seperti dia memaknai sebuah ikatan hampir sama seperti aku memaknainya. Aku tak mengira ternyata cerita bahwa dia menangis di dalam bus sewaktu mengikuti seleksi masuk TNI itu bisa kupercaya sekarang. Aku kira hanya aku yang memaknai persahabatan sampai seperti itu. Sekarang, aku jadi bertambah sedih berpisah dengannya. 6 bulan tanpa guyonnya? 6 bulan tanpa leluconnya? Dan 6 bulan tanpa berkumpul bersamanya? Apa aku sanggup? Belum lagi saat menyaksikan kesedihan adiknya yang jadi kehilangan teman sekamar. Hebat keakraban abang beradik ini, kupikir. Rasanya takdir terlalu kejam memisahkan mereka.
Ya, inilah perpisahan. Monster paling dibenci oleh hampir semua orang, tapi tak pernah malu untuk muncul berkali-kali. Perpisahan memang kejam, sakit, dan mengharukan, tapi tetap saja tidak akan ada kehidupan tanpa perpisahan. Sekarang benar-benar kusadari bahwa setiap hal menyenangkan dalam hidupku tidak pernah berlangsung lama. Ya, baru ramadhan kemarin kurasakan indahnya bergaul dengan mereka, kami malah terpisah di bulan syawal. Ah, sudahlah! Kita hanya bisa pasrah pada nasib.
Hah? Pesan untuk Putra? Apa ya? Mungkin…
“Put, hati-hati disana ya! Jangan terlalu sering bercanda disana. Ini mungkin akan sulit karena kau anak IPS yang asing dengan Biologi atau Kimia. Tapi kau tak boleh menyerah! Selalu ada jalan untuk orang yang mau berusaha. Soal yang disini, jangan terlalu dipikirkan. Kau hanya perlu mengingat kami, tidak lebih! Karena aku akan berusaha menggantikanmu. Walau aku tak sehebat kau, tapi aku akan tetap jadi teman adikmu, Edi, Nuri, Rudi, dan semua temanmu yang kukenal. Mungkin aku akan kesusahan menghadapi kepolosan, kenakalan, keanehan, dan kelucuan mereka. Aku akan mengawasi perkembangan anak-anak itu dalam enam bulan terakhir. Mengawasi kenakalan Nuri yang masih terlalu polos, mengamati perkembangan tubuh Edi yang semakin lama semakin melebar, memedomani Rudi yang baru saja dapat pacar, dan menemani Bagus-adikmu yang kesepian. Kalau kukatakan, aku benar-benar sedih berpisah denganmu yang begitu aneh dan lucu. Mungkin lebih sedih dari Disty yang sekarang menjadi pacar berhargamu. Karena sejak kau berpamitan denganku sampai sekarang, aku selalu memikirkanmu sebagai seorang sahabat yang merindukan sahabatnya yang jauh. Jangan menangis terlalu dramatis! Karena aku akan meneteskan airmata karena tertawa begitu heran membayangkanmu yang begitu gila. Dan satu hal terpenting, jangan berubah saat kau kembali! Segera temui semua temanmu disini ketika kau sudah menapakkan kakimu di Binjai Manis.”
By : Teman yang menganggapmu sebagai sahabat yang istimewa, Arief…
Mungkin itu saja. Terlalu panjang ya? Aku cuma mau balas dendam karena sudah lama tidak menuliskan kisahku. Hahaha…

Arema : Semoga_gak_ada_lagi_yang_pergi_setelah_ini…

Anak-anak


03:57 WIB
Monday, September 6th ‘10th

Sejak Ramadhan datang hingga menginjak usia ke-27 sekarang ini, suara letusan petasan yang mengejutkan dan membuyarkan ketenangan terdengar hampir di seluruh antero Binjai Manis. Ya, anak-anak itu yang memainkannya. Heran juga sih! Permainan berbahaya seperti itu justru menimbulkan kegirangan pada diri mereka. Selalu ada tawa riang atau sekedar senyuman tipis di bibir setelah suara ledakan yang menggelegar. Tidak peduli siang atau malam, selalu ada saja yang memainkan petasan atau kembang api. Tidak peduli dengan bahaya yang bisa mengancam mereka, seperti percikan apinya atau wajah mereka akan terluka ketika tanpa sengaja benda-benda terlarang itu meledak di wajahnya. Juga tidak peduli apakah ada yang terganggu dengan suara bisingnya. Ya, itulah anak-anak.
Sampai disini, jadi ingin kembali menyusut, menjelma menjadi salah satu dari mereka. Bisa tertawa sepuasnya, bermain dengan asyiknya, bercanda, bertengkar, merengek, dan seabrek kesenangan lainnya. Benar! Mereka melakukan itu semua tanpa ditindih oleh beban-beban hidup. Mereka tidak perlu mengkhawatirkan salah atau tidaknya perbuatan mereka. Karena toh akhirnya, orangtualah yang harus bertanggungjawab jika yang mereka lakukan adalah salah. Tidak peduli orang berkata apa, yang penting mereka ada bersama kesenangan.
Tapi, aku sedang berdiri di hadapan sang kenyataan. Mau tidak mau, aku harus menjalani fase-fase ini. Tidak bisa hanya sebatas numpang lewat saja. Janin-bayi-anak2-remaja-dewasa-tua. Sekarang aku adalah remaja yang sedang menuju kedewasaan. Bermain adalah kata yang tidak cocok denganku. Kesenangan adalah hal yang sulit kudapatkan sekarang. Padahal, belum sepenuhnya kurasakan nikmatnya menjadi anak-anak. Karena yang kulakukan di waktu kecil adalah hal-hal yang membuatku jadi seperti ini sekarang. Makanya aku benci membicarakan masa lalu. Aku lebih suka membicarakan tentang masa depan. Karena disanalah harapanku bertumpu.
Nikmatilah masa indah kalian, anak-anak! Semoga nasib kalian di masa depan jauh lebih baik daripada aku.

Arema : Semoga…

Perubahan


04:07 WIB
Sunday, August 22nd ‘10th


Sunnah sahur baru selesai kulaksanakan. Ramadhan 1431 H sudah menginjak usia ke-13. Langsung masuk kamar, ambil pena, dan menemui Barn. Itu yang kulakukan. Bukannya segera mandi dan bersiap-siap untuk melaksanakan sholat Subuh. Ya, disinilah aku. Menunggu sampai semua kesempatan untuk jadi lebih baik hilang. Entah apa yang ada di pikiranku. Setiap kali aku berusaha menjangkau peluang yang bisa membawaku pada suatu perubahan, selalu saja ada yang menghalang-halangi. Anehnya, hanya pria jahat bernama nafsu yang selalu jadi penghalang. (lho, dia Pria?).
Perubahan adalah hal yang sulit sekali untuk kucapai. Meski acap kali aku mengatakannya, dia masih saja enggan menemuiku. Semuanya jadi tampak begitu pekat gulita. Perangkap tak nyata ini terus mengurungku. Seperti menggembok agar aku tak pernah keluar dari sana.
Dimana perubahan itu? Aku ingin menemukannya walau hanya sekeping. Apa ini karena perkataanku dulu yang mengatakan bahwa aku tak suka dengan perubahan? Benarkah perubahan bukanlah teman baikku? Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini? Aku? Atau, mulutku? Yang jelas, aku menyesal mengatakannya. Karena sekarang aku membutuhkannya. Perubahan adalah kunci yang akan membuka gembok perangkap ini. Tolonglah aku, perubahan! Muncullah di hadapanku! Kumohon…

Arema : Aku_ingin_berubah!!!

Merdeka


22:50 WIB
Tuesday, August 17th ‘10th


Merdeka! Merdeka! Merdeka! Itulah yang seharusnya kuucapkan hari ini. Karena ini adalah Hari Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. “Dirgahayu RI ke-65”. Tapi aku belum bisa mengucapkannya, karena nyatanya aku masih belum merdeka. Aku belum merasakan makna kemerdekaan yang sebenarnya. Aku masih saja dijajah oleh perasaan aneh yang berkecamuk. Aku tetap didera oleh kekerasan hati yang tak kunjung membaik. Aku ingin memerdekakan diriku. Aku ingin menangkap dan memenjarakan puaka yang senantiasa menggodaku. Aku tidak ingin tertembak mati atau terjebak dalam perangkap mereka. Aku harus melawannya. Rasa yang terus menggerogoti batinku hingga aku kopong melompong tanpa segala isi. Bangkitlah semangat perjuanganku! Bangkitlah untuk merdeka! Merdeka!!!

Arema : Merdeka!!!

Ramadhan


21:51 WIB
Thursday, August 12th ‘10th


Marhaban Ya Ramadhan… Banyak yang mengucapkan kalimat itu tiga hari yang lalu. Tidak salah lagi, itu adalah kalimat khas untuk menyambut bulan tersuci dalam tahun Hijriah ini. Ramadhan yang sangat istimewa. Sekian banyak ayat Al-qur’an dan Hadits yang menjelaskan keistimewaan itu. Tidak salah jika bulan ini dikenal dengan Bulan Penuh Berkah. Karena pintu ampunan akan dibuka lebih lebar di bulan ini. Karena pahala akan dilipatgandakan oleh Allah. Karena malaikat juga turut berdo’a untuk manusia yang beramal di bulan ini. Dan karena ada malam yang sangat istimewa yang tersembunyi dibalik bulan ini, Lailatul Qadar.
Hari ini sudah menginjak hari kedua di bulan ramadhan, dan malam ketiga jika dihitung dari awal sholat Tarawih. Manusia benar-benar berubah sekarang ini. Mesjid yang di bulan lainnya tidak pernah terlihat ramai, sekarang malah kelebihan muatan, sehingga banyak makmum wanita yang terpaksa sholat di teras mesjid. Aku bahkan sempat melihat orang yang kerjaannya hanya berjudi dan mabuk, sekarang malah jadi sering ke mesjid. Tapi bersyukurlah orang seperti itu. Setidaknya Allah masih membukakan pintu hatinya walau hanya sebatas usia Ramadhan. Karena ada juga orang yang masih tetap menjalankan maksiatnya di bulan yang terbilang suci ini. Aku tidak menyesal menyebut bulan ini istimewa. Karena dia sudah membuktikannya. Manusia berbondong-bondong untuk beramal di bulan ini. Mendirikan sholat sunnah dan menahan segala nafsu adalah hal yang nyaris tidak pernah mereka lakukan di bulan lain. Berinfaq juga sekarang menjadi hiasan hidup mereka. Bulan ini memang menakjubkan.
Tapi terkadang aku heran. Manusi lebih suka melakukan ibadah sunnah dibandingkan ibadah fardhu. Maksudku, terkadang ada orang yang setiap malam di bulan Ramadhan tidak pernah tinggal melaksanakan sholat tarawih, sementara sholat 5 waktu nyaris terlupakan. Kalau begitu, bukankah sia-sia saja bersikeras mencari pahala lewat sholat sunnah sementara kita tetap mendapatkan dosa dengan meninggalkan sholat fardhu.
Lalu, bagaimana denganku? Apa ini? Ada apa denganku? Awalnya aku terharu karena tidak menyangka masih bertahan hidup sampai Ramadhan 1431 Hijriah sekarang ini. Tapi selanjutnya, rasa terharu itu bukannya membawaku pada keadaan yang lebih baik. Tahun kemarin dan tahun-tahun sebelumnya aku masih bisa merasakan imanku berada di level yang tidak bisa dibilang tinggi, tapi jelas tidak rendah. Namun tahun ini, imanku sepertinya berada pada tingkat terendah dalam hidupku. Bulan Ramadhan yang biasanya kugunakan untuk memperbanyak amal seperti manusia lain, sekarang malah kugunakan untuk lebih banyak bersantai. Melupakan semua perintah Yang Maha Kuasa, itu yang kulakukan. Aku takut Allah akan murka terhadapku, tapi tetap saja lemah dan kalah melawan nafsu. Aku benar-benar jauh dari agama sekarang. Apa penyebab semua ini? Jika ada sesuatu yang salah pada diriku, aku harus segera membuangnya jauh-jauh. Aku harus mengembalikan imanku pada posisi teratas agar aku bisa menggapai tangan Illahi. Aku ingin benar-benar suci di bulan ini. Karena aku tidak berani menjamin bahwa ini bukanlah Ramadhan terakhir yang bisa kurasakan.
Ya Allah, bukakanlah pintu hidayah-Mu. Berikan cahaya-Mu pada jalan lurusku. Bantu aku menyebrangi jembatan ini agar aku sampai pada ridha-Mu. Aku yakin aku belum terlalu jauh dari sana. Jadi, kembalikan aku, ya Allah… Jika memang tidak bisa, setidaknya hentikan aku untuk terus menahan dosa. Bahkan jika Kau harus membunuhku sekarang…

Arema : Aku_pasrah_pada-Mu,_Ya_Rabb…

Akhirnya


23:48 WIB
Thursday, July 29th ‘10th

Akhirnya… Berani juga aku mengungkapkan kata maaf kepada Bang Shu. Yah, memang sih hanya via SMS, tapi itu sudah cukup untuk membuat kami saling membuka mulut. Tidak seperti dengan Bang Lam, kali ini aku yang memulai pembicaraan. Tidak kusangka, ternyata sulit membuat keakraban itu kembali. Aku masih segan bercanda dengan mereka meskipun sudah ku planning-kan kami akan langsung kembali akrab setelah ini. Terutama Bang Lam. Dia jauh berbeda dengan sebelumnya. Sama sekali tidak berminat membuat lelucon untukku seperti yang dia lakukan ketika jumpa denganku tempoe doeloe. Apa karena aku belum minta maaf kepadanya? Aku kehabisan cara untuk mengembalikan keakraban itu. (eh, sepertinya bisa dimasukkan dalam komik Get Backers nih. Judulnya “Mengambil Kembali Keakraban yang Hilang” hehehe…). Semoga kami bisa akrab seperti dulu pada akhirnya…
Akhirnya, keputusan inilah yang kuambil. Aku harus tahan dengan segala resiko yang siap menghadangku di depan. Aku juga sudah berjanji pada diriku, tidak akan ada lagi acara marah-marahan kepada teman, terutama kepada mereka. Batinku tersiksa jika harus marah-marahan. Karena aku jadi terus-terusan memikirkannya, walaupun sebelumnya sudah kuputuskan untuk tidak mempedulikannya. Selain itu…

Arema : Bisa-bisa_jadi_tambah_kurus_gara2_itu…

Bingung


23:19 WIB
Wednesday, July 28th ‘10th


Aku semakin bingung. Apa yang harus kulakukan sekarang? Tetap bersikeras untuk tidak memulai keakraban berkomunikasi atau hilangkan jauh-jauh egoisme beralasan harga diri? Ini tentang perselisihan itu. Bang Lam terus berusaha akrab denganku kelihatannya. Mungkin juga tidak. Tapi aku yakin iya. Maksudku, sungguh! Selalu Bang Lam yang memulai prolog dalam setiap dialog kami. Pikiranku masih terlalu penuh untuk memulainya. Entah apa isinya. Semacam prasangka-prasangka yang bergelut dalam otakku mungkin.
Aku bingung. Haruskah aku minta maaf pada mereka? Apa harus kumulai era baru dalam hidupku? Tidak benar-benar baru mungkin. Maksudku, isinya masih tentang lembaran lama. Atau lebih tepatnya, aku harus merobek lembaran dimana aku berselisih dengan mereka. Ah, apa mereka tidak akan jadi terlalu angkuh setelah itu? Setelah mengira bahwa merekalah pemenang dalam peperangan ini. Itulah pikiran yang selalu membuatku maju mundur sebelum maju ke garis finish. Tapi jujur, aku rindu dengan mereka. Bukan. Bukan pada orangnya, karena kami bisa ketemu kapan saja. Aku rindu suasananya. Suasana ketika kami berkumpul tempo dulu beda jauh dengan yang sekarang. Dulu, Bang Lam sering mengirim SMS, bahkan menelepon walaupun aku sedang bekerja. Tapi sekarang, tak satupun tertulis namanya di kotak masuk Alexar. Dulu, Bang Shu selalu mengajakku bepergian untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Bahkan pernah sampai jam 3 dini hari baru pulang, tau kan? Saking seringnya, ada orang yang bilang bahwa dimana ada Bang Shu, disitu pasti ada aku. Tapi sekarang, jangankan mengajak bepergian, bicara denganku juga tidak. Benar-benar rindu sekali rasanya dengan pengalaman hidup seindah itu. Kenapa sih setiap yang indah itu tidak pernah bertahan lama?
Sungguh membingungkan. Kalau dipikir-pikir, aneh rasanya hubungan yang tadinya begitu ketat bisa jadi longgar seperti ini, bahkan mungkin putus. Benarkah ini akibat jika terlalu akrab dalam berteman? Kenapa? Entahlah! Aku jadi tambah bingung sekarang?!?!

Arema : Aku_bahkan_bingung_sama_judulnya???

Hujan (Bagian Kedua)


19:43 WIB
Tuesday, July 27th ‘10th


Ribuan butiran bening itu meledak di wajahku. Langsung kuturunkan pandanganku yang semula ke atas sekarang ke depan, karena tak tahan dengan ledakan-ledakan memenuhi permukaan kulit wajahku, membawa kebekuan yang teramat sangat. Namanya Hujan. Umurnya kira-kira setua alam semesta. Alamatnya di atas. Hobinya menolong orang walau pada awalnya membuat orang menggigil.
Kini dia tak sendirian. Dia membawa teman seperjuangannya yang suka berkeliling dunia. Menerjang segala yang bisa diterjang. Melewati pori-pori kecil, menembus tanpa kasat mata. Benar-benar kompak kerja sama mereka. Mereka mempermainkanku. Hujan dan Angin. Aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi selain dingin dan menggigil. Sesekali aku mengeluarkan kata “Hatsyi!!”. Setelah itu, pasti mengusap hidung. Pertanda tetesan air itu telah mengeksplor kulitku. Selalu ada yang lebih deras di bawah atap rumah. Tanpa disadari, aku tertarik pada mereka. Sekarang, kami bermain bersama. Tapi, sang hujan benar-benar kasar. Aku sampai kehabisan napas dibuatnya. Akhirnya aku menghindar dari hujan yang beraliran deras. Uuuhh… Kini sang angin yang berulah. Dia menerpa seluruh tubuhku. Menggelitik tapi tidak geli. Hanya, aku menimatinya.
Sampai akhirnya, keadaan semakin buruk. Pepohonan seakan menjerit. Mereka terdorong ke arah Timur, terlihat dari rambut mereka yang mengurai diterbangkan oleh jahatnya Angin. Mereka semakin ketakutan ketika suara sang guntur memecahkan kesenangan kami. Hal itu membuatku sadar akan pentingnya rumah. Segera kuraih handuk merah yang sudah sejak tadi menungguku. Kututupi tubuhku yang sebelumnya telanjang dada setelah kusadari bahwa aku sudah disentuh oleh sampo dan sabun. Sudah cukup, pikirku!

Arema : Intinya_aku_lagi_mandi_ujan…

Hujan


00:00 WIB
Monday, July 26th ‘10th

Dingin, menggigil, susah bernapas. Itulah yang kurasakan sekarang. Aku baru saja pulang dari acara Isra’ Mi’raj di Limban Pasar Balok. Hujan yang tak punya rasa kasihan menyerang kami dalam perjalanan. Tanpa peduli, dia membuat pakaian kami serombongan basah. Mengharap kering pun mustahil. Ini malam hari, tak ada radiasi matahari yang sampai pada kami. Hujan benar-benar membuat tubuh kami serasa di lemari es. Belum lagi soal angin yang menerpa ketika kami mengendarai sepeda motor. Dan satu lagi masalahnya. Jalannya! Kalau ditanya perjalanan mana yang paling buruk ketika menghadiri Isra’, maka aku akan menjawab yang ini. Maaf kalau ini menyinggung. Tapi sungguh! Jalan yang becek dan licin itu sempat membuat anggotaku terpeleset bersama sepeda motornya. (Lalu, kenapa nekad pergi?). Selain karena aku sudah berjanji pada temanku yang tidak lain adalah ketua panitianya, kami juga harus memenuhi undangan mereka sebagaimana mereka memenuhi undangan kami tempo lalu. Dan kami harus merasakan apa yang mereka rasakan ketika berjuang untuk sampai ke tempat kami. Hanya bedanya, keadaan tidak jadi lebih buruk karena waktu itu hujan tidak turun. Dia masih mengerti kami. Entah kenapa dia tidak melakukan hal yang sam malam ini. Ada yang bilang acara ini tidak diridhai oleh Allah, makanya Dia turunkan hujan. Tapi sudahlah! Aku tak pantas menebak urusan Tuhan, apalagi mencampurinya.
(Lalu, kenapa nekad pulang padahal cuaca masih hujan?) Apa kau menyuruh kami menunggu sampai waktu berhentinya hujan yang tidak tau entah kapan? Entah sampai pagi, atau sampai malam lagi. Selain itu, anggota yang kubawa banyak yang masih anak sekolah. Ini sudah terlalu malam untuk berada di luar rumah. Jadi kami nekad menerjang hujan, padahal acara belum selesai disana. Toh, kami tidak benar0-benar disediakan tempat disana. Tapi, maklumilah! Cuaca sedang tidak mendukung. Kelihatannya banyak yang akan terserang flu setelah ini. Sama sepertiku sekarang. Pokoknya, setelah ini aku akan langsung menutup tubuhku dengan selimut, menyandarkan kepala diatas bantal, memejamkan mata, dan terbang kea lam mimpi.
Eh, tapi tunggu dulu! Ada hal menarik malam ini. Bang Lam mulai bicara lagi denganku. Yah, memang sih tidak akrab. Tapi terima kasih Bang Lam! Aku ingin terus bicara denganmu. Tertawa dan ceria bersamamu kembali. Aku terganggu dengan suasana sekarang ini. Semoga kau mengerti. Tidak seperti hujan malam ini.

Arema : Gimanapun_caranya_muncul,_yang_namanya_hujan_harus_tetap_disyukuri!

Tak Dianggap


12:53 WIB
Sunday, July 25th ‘10th

Baru saja aku berpikir positif, kenyataan negatif langsung muncul tanpa permisi. Akhir-akhir ini, aku terlalu sering memikirkan perselisihan antara aku dan mereka. Aku merasa sangat banyak kehilangan selama kami saling mengunci kata-kata. Aku masih butuh persahabatan ini. Aku masih ingin tertawa bersama keceriaan mereka. Walaupun mungkin mereka terlalu tua untuk terbahak bersamaku. Tapi, aku merindukan mereka walaupun jarak tak memisahkan kami. Aku bahkan sempat berpikir untuk membuang jauh harga diriku hanya untuk mengucapkan kata maaf lebih dulu dari mereka. Apalagi aku ingin benar-benar suci di Ramadhan yang sebentar lagi akan menyapa.
Tapi, aku masih harus berpikir panjang lagi tentang itu setelah apa yang terjadi hari ini. Hari ini ada gotong-royong untuk membersihkan kuburan. Tapi, tak ada yang memberitahuku. (mungkin bukan benar-benar tidak ada). Teguh tadi memberitahuku, tapi terlambat. Karena dia memberitahuku saat gotong-royong telah selesai. Dari situ, aku merasa benar-benar tak dianggap. Maksudku, apa sih susahnya bilang, “Yor, hari ini ada kerbean di kuburan. Dateng ya!”. Kalaupun harus di SMS, berapa rupiah sih yang keluar untuk mengirim kata-kata itu? Disini, aku tidak hanya kesal pada mereka berdua, tetapi pada semua yang kuanggap teman disana. “Lupakan tentang permintaan maaf itu!” Itulah yang kupikirkan sekarang. Tapi, aku merasa kalau mereka berdualah yang memprovokasi agar tak ada yang memberitahuku. (wajar, manusia selalu su’udzon terhadap apa yang mereka benci).

Arema : Sekarang_bagaimana???

Gagak dan Kematian


07:53 WIB
Friday, July 23rd ‘10th


Baiklah! Aku benar-benar merinding sekarang. (kenapa?). Lucu kau bertanya. Mendengar kabar kematian yang dibawa oleh gagak kemarin, apa kau masih bertanya? Aku terkejut akhirnya sang gagak membuktikan apa yang kubilang takhayul kemarin. Singkatnya, aku jelas ingin mengatakan bahwa gagak dan kematian punya hubungan yang erat. Gagak memang burung pembawa pesan kematian. Setiap dia berkoak, pasti akan ada yang mati. Sulit kupercaya aku sekarang percaya kepada hal yang semula kuanggap konyol.
Malam tadi, Ambulance berteriak menghancurkan keheningan malam. Pertanda ada yang terluka atau bahkan meninggal. Kami sekeluarga pun keluar dan melihat. Ternyata Ambulance itu berjalan ke arah PrumNas. Dan tidak lama kemudian terdengar kabar bahwa seorang lelaki bernama Riva’i yang tinggal di daerah PrumNas telah meninggal dunia karena kecelakaan. Ternyata perkiraan kami salah. Kami kira yang meninggal adalah orang yang kemarin mencoba bunuh diri dengan cara membakar diri. Ternyata, orang lain yang tidak disangka-sangka. Bapak Riva’i cukup dikenal di Binjai Manis ini. Tidak heran kalau sejak jenazahnya diantar tadi malam sampai pagi ini banyak orang yang berseliweran untuk melayat. Ah, aku selalu takut jika bicara tentang kematian. Lalu, benarkah gagak akan mencipta kematian? Maksudku bisakah kau berikan hubungan yang masuk akal? Seperti misalnya, ketika mendengar suara gagak maka gendang telinga akan bergetar dengan frekuensi yang tidak biasa. Kemudian getaran itu sampai ke otak dan menyebabkan kerja otak terganggu. Lalu tanpa sengaja otak mematikan fungsinya. Misalnya seperti itu. Ah, mustahil! Ayolah, Arief! Jangan percaya pada takhayul!

Arema : Meskipun_sudah_terbukti?

Suara Gagak


16:51 WIB
Thursday, July 22nd ‘10th

Pagi tadi, terus kudengar suara gagak yang tidak lucu. Dia terus berkoak-koak mengitari dusun I Sei Alim Hasak ini. Seperti memanggil sesuatu, semoga bukan aku. Jika pada umumnya suara burung itu identik dengan keindahan, kedamaian, dan kesejukan, tidak pada burung berbulu hitam ini. Gagak adalah satu dari sedikit burung yang punya aura mistik. Jika mau kusebutkan satu temannya, dialah burung hantu. Hanya saja, burung hantu yang pernah kudengar suaranya hanya pada malam hari. Jadi, wajar saja kalau bulu kuduk bisa merinding dibuatnya. Lain kata dengan burung gagak ini. Padahal pagi tadi cuaca benar-benar cerah. Mentari juga tak segan-segan menampakkan radiasi sucinya. Begitu juga langit, tanpa rasa malu dia pampangkan kulitnya yang kebiru-biruan (bukan karena memar). Dan satu yang kurang adalah kicauan burung pagi yang terdengar sejuk. Entah kenapa suara indah itu hilang tanpa jejak pagi tadi. Kelihatannya sang gagak telah mengambil alih pagi yang menyenangkan dan dia tukar menjadi pagi kelam yang menyeramkan. Sewaktu mandi, memang kuakui bahwa tubuhku sedikit merinding karena terus-menerus mendengar koakan si sayap hitam itu. Tapi, aku sama sekali tak melihat batang hidungnya (terang saja, dia tidak punya hidung). Orang bilang, burung gagak itu membawa aura kematian. Setiap dia berkoak, berarti akan ada orang yang meninggal disekitar tempatnya terbang dan bertengger. Huh! Aku tak pernah percaya pada takhayul. Tapi kenapa aku merinding? Selain itu, ada kabar yang mengatakan bahwa seorang wanita di kampungku telah dibakar oleh suaminya yang sedikit gila. Tapi, ada yang bilang dia bukan dibakar, tetapi membakar dirinya sendiri alias bunuh diri. Ah, yang mana satu? Yang jelas, sekarang dia telah dilarikan ke rumah sakit. Waduh!!! Semakin merinding saja…

Arema : Aku_benci_gagak!

Ceramah


00:15 WIB
Monday, July 19th ‘10th


Di lembaran sebelumnya, aku cuma menggoreskan sedikit tinta untuk membahas SNMPTN, atau lebih tepatnya menuliskan hasil SNMPTN. Kenapa sedikit sekali? Selain karena aku sudah diserang rasa kantuk saat itu, aku juga tidak ingin membahas hasil yang mengecewakan itu secara mendetail. Aneh! Padahal aku sebenarnya tidak terlalu berharap untuk kuliah di Medan pada awalnya. Ya, aku bahkan sudah sesumbar bahwa UNA sudah menjadi pilihan utamaku. Dan SNMPTN hanyalah keinginan dari sebagian orang yang mendukungku untuk sekedar mencari pengalaman. Dan itu hanya menjadi pilihan kedua-ku. Tapi, ketika aku menghadapi kenyataan bahwa USU maupun UNIMED tidak mau menerimaku, kenapa rasanya seperti ini? Kecewa dan sedikit putus asa. Merasa rendah diri dan pesimis. Serta malu dengan orang yang sempat mengira aku akan lulus. Tapi, aku ingat prinsip seseorang di “The Biggest Loser”. Dia bilang, “Aku tau aku tak akan bisa melakukannya, tapi aku akan membuat orang lain berkata : aku tidak percaya kalau dia gagal.”. Jadi, ini ya rasanya gagal. Walaupun sebelumnya kegagalan ini tidak pernah menarik perhatianku, entah kenapa tiba-tiba aku jadi menyesal karena gagal. Di saat seperti inilah biasanya aku memikirkan hal-hal positif dalam hidup yang sudah ku schedule-kan ke depan.
Malam ini baru saja aku pulang dari acara Peringatan Isra’ Mi’raj di blok 4. Seperti biasa, selalu mengantuk saat ustadz mulai berceramah. Tapi, ada sindiran sang ustadz yang membuat rasa kantukku hilang seketika. Dia bicara soal binan. Dia bilang bahwa salah satu tanda kiamat adalah adanya laki-laki yang bersifat layaknya perempuan, dan perempuan yang bersifat seperti laki-laki. Nah, ini yang membuat hati sedikit nyut-nyutan. Itu berarti, aku adalah orang yang akan menghancurkan dunia? Secara, aku laki-laki feminim. Dunia mendekati detik-detik kehancuran ketika orang sepertiku dilahirkan? Kurang ajar! Aku tidak bisa terima! Aku sudah bosan dengan setiap mata yang selalu memandang ke arahku jika membicarakan masalah itu. Aku sudah bosan dengan setiap orang yang selalu meremehkan orang-orang sepertiku. Hallo dunia normal! Kalian tak mengerti apa-apa tentang penderitaan. Kalian tak sedikitpun tau tentang siksaan batin. Kalian yang punya kehidupan normal, selalu mencapai segalanya tanpa cemoohan, tidak mungkin bisa mengerti orang sepertiku. Bisakah setidaknya kalian menghargai orang-orang seperti kami? Cukup dengan tanpa rasa jijik kalian bergabung dengan kami. Cukup dengan sebuah ikatan yang bisa kalian jalin dengan orang normal. Itu saja yang kami butuhkan. Satu lagi! Stop penghinaan-penghinaan yang acap kali kalian lemparkan kepada kami! Bicara soal hubungan semua ini dengan akhir dunia, bukankah semua kejadian yang terjadi di dunia sudah ditentukan garisnya oleh Allah? Begitu juga dengan akhir dunia yang kita kenal dengan sebutan kiamat. Jika Allah telah memutuskan untuk menjatuhkan tanda-tanda kedatangan kiamat, tidak bisakah kau menerimanya? Haruskah kita membenci tanda-tanda itu? Kalau kita membencinya, berarti kita juga membenci pengirimnya, Allah swt. Seharusnya, pikirkan tentang cara memperbanyak amal. Bukannya malah mati-matian mencoba memusuhi tanda-tandanya. Harusnya ustadz itu yang paling mengerti. Aku juga tak tau, apakah aku bisa terima begitu saja jika memang Allah menciptakan aku hanya untuk masalah itu. Yah, aku hanya seorang hamba lemah tak berdaya. Soal ustadz itu, aku sangat tidak menyukainya. Karena dalam ceramahnya, dia menggunakan kata kotor yang siapapun pasti menganggap itu tidak cocok diucapkan seorang ustadz dengan alasan apapun. (kata apa?). Kau yakin mau mendengarnya? Baiklah! Dia bilang “KIMAK!”. Setauku, itu artinya Ms V wanita. Kalau kau bilang kata itu cocok untuk diucapkannya, diberi racun apa kau sehingga otakmu mati?

Arema : Ish!!!_Ustadz_yang_menjijikkan!!!