Sunday, October 3, 2010
Suara Gagak
16:51 WIB
Thursday, July 22nd ‘10th
Pagi tadi, terus kudengar suara gagak yang tidak lucu. Dia terus berkoak-koak mengitari dusun I Sei Alim Hasak ini. Seperti memanggil sesuatu, semoga bukan aku. Jika pada umumnya suara burung itu identik dengan keindahan, kedamaian, dan kesejukan, tidak pada burung berbulu hitam ini. Gagak adalah satu dari sedikit burung yang punya aura mistik. Jika mau kusebutkan satu temannya, dialah burung hantu. Hanya saja, burung hantu yang pernah kudengar suaranya hanya pada malam hari. Jadi, wajar saja kalau bulu kuduk bisa merinding dibuatnya. Lain kata dengan burung gagak ini. Padahal pagi tadi cuaca benar-benar cerah. Mentari juga tak segan-segan menampakkan radiasi sucinya. Begitu juga langit, tanpa rasa malu dia pampangkan kulitnya yang kebiru-biruan (bukan karena memar). Dan satu yang kurang adalah kicauan burung pagi yang terdengar sejuk. Entah kenapa suara indah itu hilang tanpa jejak pagi tadi. Kelihatannya sang gagak telah mengambil alih pagi yang menyenangkan dan dia tukar menjadi pagi kelam yang menyeramkan. Sewaktu mandi, memang kuakui bahwa tubuhku sedikit merinding karena terus-menerus mendengar koakan si sayap hitam itu. Tapi, aku sama sekali tak melihat batang hidungnya (terang saja, dia tidak punya hidung). Orang bilang, burung gagak itu membawa aura kematian. Setiap dia berkoak, berarti akan ada orang yang meninggal disekitar tempatnya terbang dan bertengger. Huh! Aku tak pernah percaya pada takhayul. Tapi kenapa aku merinding? Selain itu, ada kabar yang mengatakan bahwa seorang wanita di kampungku telah dibakar oleh suaminya yang sedikit gila. Tapi, ada yang bilang dia bukan dibakar, tetapi membakar dirinya sendiri alias bunuh diri. Ah, yang mana satu? Yang jelas, sekarang dia telah dilarikan ke rumah sakit. Waduh!!! Semakin merinding saja…
Arema : Aku_benci_gagak!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment