Sunday, October 3, 2010

Tak Dianggap


12:53 WIB
Sunday, July 25th ‘10th

Baru saja aku berpikir positif, kenyataan negatif langsung muncul tanpa permisi. Akhir-akhir ini, aku terlalu sering memikirkan perselisihan antara aku dan mereka. Aku merasa sangat banyak kehilangan selama kami saling mengunci kata-kata. Aku masih butuh persahabatan ini. Aku masih ingin tertawa bersama keceriaan mereka. Walaupun mungkin mereka terlalu tua untuk terbahak bersamaku. Tapi, aku merindukan mereka walaupun jarak tak memisahkan kami. Aku bahkan sempat berpikir untuk membuang jauh harga diriku hanya untuk mengucapkan kata maaf lebih dulu dari mereka. Apalagi aku ingin benar-benar suci di Ramadhan yang sebentar lagi akan menyapa.
Tapi, aku masih harus berpikir panjang lagi tentang itu setelah apa yang terjadi hari ini. Hari ini ada gotong-royong untuk membersihkan kuburan. Tapi, tak ada yang memberitahuku. (mungkin bukan benar-benar tidak ada). Teguh tadi memberitahuku, tapi terlambat. Karena dia memberitahuku saat gotong-royong telah selesai. Dari situ, aku merasa benar-benar tak dianggap. Maksudku, apa sih susahnya bilang, “Yor, hari ini ada kerbean di kuburan. Dateng ya!”. Kalaupun harus di SMS, berapa rupiah sih yang keluar untuk mengirim kata-kata itu? Disini, aku tidak hanya kesal pada mereka berdua, tetapi pada semua yang kuanggap teman disana. “Lupakan tentang permintaan maaf itu!” Itulah yang kupikirkan sekarang. Tapi, aku merasa kalau mereka berdualah yang memprovokasi agar tak ada yang memberitahuku. (wajar, manusia selalu su’udzon terhadap apa yang mereka benci).

Arema : Sekarang_bagaimana???

No comments:

Post a Comment