Sunday, October 3, 2010

Hujan


00:00 WIB
Monday, July 26th ‘10th

Dingin, menggigil, susah bernapas. Itulah yang kurasakan sekarang. Aku baru saja pulang dari acara Isra’ Mi’raj di Limban Pasar Balok. Hujan yang tak punya rasa kasihan menyerang kami dalam perjalanan. Tanpa peduli, dia membuat pakaian kami serombongan basah. Mengharap kering pun mustahil. Ini malam hari, tak ada radiasi matahari yang sampai pada kami. Hujan benar-benar membuat tubuh kami serasa di lemari es. Belum lagi soal angin yang menerpa ketika kami mengendarai sepeda motor. Dan satu lagi masalahnya. Jalannya! Kalau ditanya perjalanan mana yang paling buruk ketika menghadiri Isra’, maka aku akan menjawab yang ini. Maaf kalau ini menyinggung. Tapi sungguh! Jalan yang becek dan licin itu sempat membuat anggotaku terpeleset bersama sepeda motornya. (Lalu, kenapa nekad pergi?). Selain karena aku sudah berjanji pada temanku yang tidak lain adalah ketua panitianya, kami juga harus memenuhi undangan mereka sebagaimana mereka memenuhi undangan kami tempo lalu. Dan kami harus merasakan apa yang mereka rasakan ketika berjuang untuk sampai ke tempat kami. Hanya bedanya, keadaan tidak jadi lebih buruk karena waktu itu hujan tidak turun. Dia masih mengerti kami. Entah kenapa dia tidak melakukan hal yang sam malam ini. Ada yang bilang acara ini tidak diridhai oleh Allah, makanya Dia turunkan hujan. Tapi sudahlah! Aku tak pantas menebak urusan Tuhan, apalagi mencampurinya.
(Lalu, kenapa nekad pulang padahal cuaca masih hujan?) Apa kau menyuruh kami menunggu sampai waktu berhentinya hujan yang tidak tau entah kapan? Entah sampai pagi, atau sampai malam lagi. Selain itu, anggota yang kubawa banyak yang masih anak sekolah. Ini sudah terlalu malam untuk berada di luar rumah. Jadi kami nekad menerjang hujan, padahal acara belum selesai disana. Toh, kami tidak benar0-benar disediakan tempat disana. Tapi, maklumilah! Cuaca sedang tidak mendukung. Kelihatannya banyak yang akan terserang flu setelah ini. Sama sepertiku sekarang. Pokoknya, setelah ini aku akan langsung menutup tubuhku dengan selimut, menyandarkan kepala diatas bantal, memejamkan mata, dan terbang kea lam mimpi.
Eh, tapi tunggu dulu! Ada hal menarik malam ini. Bang Lam mulai bicara lagi denganku. Yah, memang sih tidak akrab. Tapi terima kasih Bang Lam! Aku ingin terus bicara denganmu. Tertawa dan ceria bersamamu kembali. Aku terganggu dengan suasana sekarang ini. Semoga kau mengerti. Tidak seperti hujan malam ini.

Arema : Gimanapun_caranya_muncul,_yang_namanya_hujan_harus_tetap_disyukuri!

No comments:

Post a Comment