Monday, September 27, 2010

Dipermainkan


00:14 WIB
Sunday, June 13th ‘10th


Aku merasa dipermainkan malam ini. Dibodohi oleh orang bermulut dewa. Namanya Lamsar. Dia adalah orang yang sempat aku singgung di hari-hari sebelumnya. Dia mengirim SMS kepada Iwan (temanku/keponakannya) agar kami segera menjemputnya. Dia memakai alasan darurat sehingga membuatku merasa bersalah jika tidak menurutinya. Apalagi setelah dia kembali mengabari bahwa keretanya mogok, (entah benar atau tidak, karena dia mengirim SMS itu di HP iwan jadi aku tidak tau). Akhirnya kami berempat pergi ke tempatnya berada, karena kami terlalu takut untuk pergi berdua. Tempatnya cukup jauh, sekitar setengah jam kalu ditempuh dengan Fitar-X. Belum lagi soal jalannya yang sangat mulus. Apalagi dengan suasana gelap gulita.
Sesampainya disana, apa yang kulihat? Dia tampak berseri dengan pacarnya di sampingnya. Dia mengajari anggota remaja mesjid pacarnya untuk bermain nasyid. Memamerkan apa yang dia pelajari dari Bang Rizal (guru nasyid kami). Wajahnya tampak sumringah menyombongkan keahliannya. Sialan! Berita tentang kereta yang mogok itu ternyata hanya tipuan agar kami menemani Iwan untuk pergi ke sana. Iwanlah yang sebenarnya dibutuhkan disana. Karena dia lebih mahir bermain nasyid dibandingkan Bang Lamsar, apalgi aku. Jadi, ini semua soal kesombongan? Kami bertiga hanya dijadikan sebagai kacung yang tidak dipedulikan? Tapi aku khawatir Cuma aku yang merasakannya. Menyadari hal itu, aku jadi bertambah benci melihat mereka berdua. Sudah kukatakan, egois adalah kata yang cocok untuk mereka.
Dalam perjalanan, aku menceritakan segala yang aku rasakan tentang mereka kepada Teguh yang sedang kubonceng. Dia memang sepertinya masih terlalu anak-anak untuk menanggapi perkataanku, tapi dia sudah cukup dewasa untuk merasakan bagaimana sakitnya dipermainkan orang lain dan bagaimana malunya dibodohi oleh orang pintar. Ternyata dia juga sudah lama merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Pantas saja akhir-akhir ini Teguh jarang sekali bergabung dengan mereka yang punya tingkat egoisme tinggi. Aku juga jadi malas bergabung dan terlalu akrab dengan mereka lagi. Tapi ada dua alasan yang membuatku sulit melakukannya.
Yang pertama, bagaimana mungkin aku yang tidak lain adalah ketua Perisai bisa jauh-jauh dengan mereka yang merupakan Pembina dan wakilku? Yang kedua, mereka adalah satu-satunya temanku di kampong. Jika aku tidak berteman akrab dengan mereka, siapa lagi yang bisa menggantikan? Aku juga tidak mau jadi orang antisosial lagi. Tapi, aku juga tidak mau dipermainkan terus. Lalu, aku harus bagaimana…??

Arema : Tak_kuase_aku….

No comments:

Post a Comment